Sabtu, 01 Februari 2014

Malu Jadi Benalu

Malam ini saya memilih untuk menuliskan sebuah resensi lantaran malam kemarin saya absen menulis. Buku yang saya pilih untuk dikupas malam ini adalah sebuah buku saku berjudul "Malu Jadi Benalu". Buku ini adalah karangan dari seorang ulama yang juga seorang pengusaha, KH. Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym. Sesuai dengan judul bukunya, Aa Gym membahas mengenai ide-ide kemandirian yang juga sering disampaikan dalam berbagai kesempatan dakwah beliau.

Buku ini terbagi ke dalam dua bagian besar. Bagian pertama membahas dua sub-topik yaitu menanamkan tekad membangun harga diri dengan jiwa mandiri dan ;berbagai kisah kemandirian yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad S.a.w. Sementara bagian kedua dari buku ini mengupas empat sub-topik yaitu mengenai keuntungan menjadi seorang enterpreneur; kiat-kiat menanamkan jiwa wirausaha; semangat meraih keberkahan melalui berwirausaha mandiri; dan akhlak berwirausaha yang dicontohkan oleh baginda Nabi.

Selama ini pengkajian mengenai Islam hanya terfokus kepada hal ibadah ritual saja (shalat, shaum, zakat dan haji), tidak jarang masalah ibadah ini menimbulkan perdebatan yang berujung kepada pertengkaran. Sementara hal-hal seperti bagaimana mewujudkan tempat ibadah yang bersih dalam segala hal mulai dari tempat wudhu', toilet dan tempat shalat sendiri masih kurang mendapat perhatian. Padahal bila dirawat dengan baik, dapat meningkatkan kekhusyu'an dalam beribadah dan jama'ah yang datang ke masjid pun semakin ramai.

Selain itu sejarah dari Rasulullah S.a.w. yang dibahas seringkali hanya pada masa setelah beliau menjadi Nabi. Padahal semenjak kecil hingga dewasa Nabi Muhammad tumbuh dan berkembang menjadi sosok yang mulia dan dikenal jujur terpercaya lantaran telah melalui berbagai tempaan ujian hidup, terutama lantaran kemandirian hidup beliau sebagai seorang pedagang atau wirausaha.

Rasulullah Saw yang merupakan suri teladan umat manusia adalah sosok pribadi yang mandiri. Semenjak lahirnya beliau telah menjadi yatim, dan tidak lama sesudahnya menjadi yatim piatu. Rasulullah memiliki tekad yang kuat untuk hidup mandiri -- tidak menjadi beban hidup bagi orang lain. Dalam usia 8 tahun, beliau ikut menggembala kambing dan saat usia 12 tahun sudah mulai ikut kafilah dagang. Saat beliau berumur 25 tahun beliau menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda.

Menanamkan kemandirian haruslah dilakukan sejak dini. Nilai yang ingin disampaikan adalah apapun pekerjaannya haruslah kita niatkan agar tidak sampai menjadi beban bagi orang lain, baik berwirausaha ataupun bekerja kepada orang lain sebagai buruh, karyawan dan sebagainya. Kedekatan diri kepada Allah Swt melalui ibadah adalah pondasi bagi siapa pun yang berupaya menjadi pribadi yang mandiri.

Adapun keuntungan menjadi seorang enterpreneur atau wirausaha adalah:

Pertama, adanya kemampuan diri untuk meng-create suasana pekerjaannya menjadi suasana yang betul-betul mempunyai nilai manfaat yang tinggi. Tidak hanya bagi pebisnis, namun juga bagi seorang guru, karyawan dsb dalam meningkatkan kreativitas dalam pekerjaannya. Tujuannya adalah minimal tidak menjadi beban bagi orang lain.

Kedua, keuntungan dalam berbisnis yang paling utama adalah nama baik serta citra diri kita. Tidak berarti jika keuntungan finansial didapat, namun orang mengenal diri kita dengan sifat-sifat tercela lantaran melakukan cara-cara yang menistakan nilai-nilai kebaikan.

Ketiga, ttransaksi bisnis dan pekerjaan yang kita lakukan haruslah dijadikan sebagai sarana untuk menambah ilmu, pengalaman dan wawasan kita. Ilmu, pengalaman dan wawasan tersebut adalah harta yang tak ternilai dan tidak mudah hilang dari diri kita.

Keempat, keuntungan kita adalah membangun relasi bisnis dan silaturahim dengan orang lain. Dalam membangun sistem bisnis, janganlah sampai kita diperbudak oleh uang sehingga mengabaikan silaturahim yang merupakan kunci sukses dari sebuah bisnis.

Terdapat dua ciri seorang enterpreneur muslim, yaitu saat mencari rezeki, ia senantiasa menjaga nilai-nilai. Dirinya selalu menjaga nilai-nilai agama sehingga dirinya lebih berharga dari apa yang ia dapatkan. Ciri kedua, apa yang telah dia dapatkan akan didistribusikan dengan tujuan makin banyak orang yang dapat menikmati apa yang ia dapatkan.

Ada empat strategi berwirausaha bagi seorang enterpreneur muslim yaitu:

Pilar pertama yaitu adil. Dalam berwirausaha kita harus senantiasa adil dalam memenuhi hak pelanggan. Adil yang dimaksud di sini itu bukanlah keadilan distributif atau sama rata, melainkan "menepati hak dengan proporsional". Berlaku adillah dalam menepati hak atasan, karyawan dan pelanggan. Tidak boleh ada yang terzalimi. Bersikap tidak adil hanya akan mengundang kerugian, cepat atau lambat.

Pilar kedua yaitu jujur. Seorang wirausaha haruslah bersikap jujur dan amanah dalam menjalankan kepercayaan dari orang lain apakah itu atasan karyawan ataupun pelanggan.

Pilar ketiga yaitu profesional. Profesional adalah sikap seorang pelaku bisnis yang selalu berorientasi kepada kepuasan orang lain. Seorang dokter yang baik akan sangat menjaga stigma kepuasan dari pelanggan, sebaliknya dokter yang tidak profesional mengabaikan hal tersebut sehingga para pasiennya menjadi kecewa dan beralih kepada dokter yang lain.

Pilar keempat yaitu kreatif dan inovatif. Seorang entrereneur harus senatiasa berada selangkah lebih maju dari pesaingnya. Hadirkanlah senantiasa ide-ide atau pelayanan yang baru atau berbeda dari pesaing untuk memanjakan konsumen. Bisnis yang baik haruslah bisnis yang menjadi solusi, sehingga kehadirannya menjadi selalu dinanti-nantikan oleh khalayak ramai.

Buku ini memberikan pemahaman yang mendalam yang disarikan dari berbagai ceramah Aa Gym dan berdasarkan kepada pengalaman beliau sendiri dalam mengkaji Islam dan membangun pesantren Daarut Tauhid yang juga berlandaskan kepada prinsip-prinsip kewirausahaan tersebut. Buku ini juga mendapat kata pengantar dari Hermawan Kertajaya yang menyebut Aa Gym sebagai spiritual marketer lantaran senatiasa menerapkan nilai-nilai (values) dalam memasarkan bisnisnya.

Dengan diikutsertakannya pembelajaran mengenai enterpreneurship dalam pengkajian Islam ini semoga dapat memberi sumbangsih bagi umat untuk bangkit dari keterbelakangan dalam berbagai bidang. Dimulai dari mengurusi hal-hal yang sederhana seperti merawat tempat ibadah dan menjaga sikap kemandirian diri dengan tidak menjadi beban bagi orang lain, in sya Allah umat Islam akan mampu bangkit dan menampilkan diri sebagai anugerah bagi semesta (rahmatan lil 'alamin). Seperti prinsip 3M yang sering disampaikan oleh Aa Gym dalam berbagai kesempatan, kita mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri dan mulai saat ini juga.


Judul: Malu Jadi Benalu: Ide Kemandirian Aa Gym
Penulis: Abdullah Gymnastiar
Editor: M. Nuraman Sjach
Penerbit: MQS Publishing, Bandung
Tebal: xv + 80 halaman


Banda Aceh, 20 Desember 2013

4 komentar:

  1. Sebuah resensi yang apik, trimasih telah berbagi, Dik Azhar! Jadi ingin punya dan baca buku saku itu deh! :)

    BalasHapus
  2. saya terkesan dengan yang ini >>> Terdapat dua ciri seorang enterpreneur muslim, yaitu saat mencari rezeki, ia senantiasa menjaga nilai-nilai. Dirinya selalu menjaga nilai-nilai agama sehingga dirinya lebih berharga dari apa yang ia dapatkan. Ciri kedua, apa yang telah dia dapatkan akan didistribusikan dengan tujuan makin banyak orang yang dapat menikmati apa yang ia dapatkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupz, sebuah pelajaran yang sangat berharga dan dijelaskan dalam kalimat-kalimat yang sederhana. Menarik menyimak penjelasan Aa Gym baik melaui ceramah ataupun tulisan.

      Hapus